Pada Hari Penaburan, Hajar Aswad berada di bukit Arafah. Setelah malaikat memberikan kesaksian terhadap seluruh anak Adam, Allah memerintahkan malaikat untuk mencatat kesaksian ini di atas kertas putih, lalu memerintahkan Hajar Aswad untuk membuka mulutnya, kemudian Dia memasukkan kertas itu ke dalamnya.
Ketika Umar ibn Khaththab r.a. mencium Hajar Aswad, dia berkata,
“Demi Allah, aku tahu bahwa engkau hanyalah batu yang tidak membahayakan dan memberikan manfaat. Andai saja Rasulullah s.a.w. tidak menciummu niscaya aku tidak mau menciummu.”
Ali ibn Abu Thalib r.a. menukas,
“Tidak, Umar. Batu itu bisa mendatangkan bahaya dan manfaat karena ketika Allah s.w.t. mengambil kesaksian kita pada Hari Penaburan, malaikat diperintahkan untuk memberikan kesaksian terhadap kita.
Mereka lalu berkata,
‘Kami bersaksi.’
Allah s.w.t. kemudian berfirman,
‘…(Kami lakukan yang demikian itu) agar di Hari Kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)’. “‘ (QS. Al-A’råf: 172)
“Setelah malaikat memberikan kesaksian, Allah mendatangkan Hajar Aswad yang ketika itu memiliki dua mata, mulut, dan bibir. Allah kemudian berfirman kepadanya, ‘Bukalah mulutmu.’ Allah lalu memerintahkan kepada malaikat untuk memasukkan kertas itu ke mulutnya, lalu dia menutup mulutnya. Allah lalu berfirman kepada Hajar Aswad, ‘Pada Hari Kiamatt, kamu menjadi saksi pemenuhan janji bagi orang yang memenuhi janjinya denganmu’. ” Umar pun berkata kepada Ali, “Kalau begitu, aku tidak bersama orang-orang yang aku tidak termasuk di antara mereka, hai Abu Hasan.”
Jadi, ketika kita sekarang mencium Hajar Aswad, kita tidak sedang melakukan ritual kaum penyembah berhala seperti yang dituduhkan oleh musuh-musuh Allah, melainkan kita menciumnya karena mengikuti sunnah Rasulullah s.a.w. Kita mencium batu itu juga karena ia telah menyaksikan roh kita semua pada Hari Penaburan, dan kesaksian malaikat yang dicatat di atas kertas putih juga disimpan di dalamnya. Pada Hari Kiamat, Hajar Aswad juga akan memberikan kesaksian bagi orang yang pernah mencium atau menyentuhnya bahwa orang itu telah memenuhi janjinya. Setiap kali kita mencium Hajar Aswad, ketika itulah kita memperbarui kesaksian kita kepada Allah s.w.t. bahwa Dialah Tuhan kita, sebagaimana yang dipersaksikan terhadap kita pada Hari Penaburan.